Kamis, 01 September 2016

Kikisan waktu

Kamu mungkin hanya sebait doa yang salah.
Hari ini aku kembali menenun dalam diam. Diam ku karena pearasaan takut yang menghampiri. Terdiam bukan berarti tak melihat, terdiam buka berarti tak memahami.
Jelas rembulan telah salah menafsirkan rasa.
Senja mengikis waktu.
Empat puluh empat kembang merah muda perlahan tertiup angin melepaskan kelopak demi kelopak.
Debaran jantung yang dahulu mencabik dada perlahan melemah tak seperti kemarin.
Ia terjatuh namun tak merasakan perih. Ia meringgis menanggis namun tak tampak butiran air.
Mungkin itu sudah merupakan hal yang biasa untuk nya.
Belajar memberi jarak pada cinta.
Aku paham, tak ada doa yang salah hanya saja jawaban nya yang tak selaras.
Aku selalu percaya kita pantas mendapatkan apa yang kita dapatkan. Tuhan tak pernah bimbang, selalu imbang.
Bila dia yang di sisi mu saat ini kurang lengkap, maka lengkapi dia.
Bila dia yang di sisi mu belum tepat, maka lepaskan dia.
Kamu harus berani! Berani membahagiakan diri mu dan memerdekakan rasa mu.
Setiap manusia punya cara masing-masing untuk membereskan luka.
Rembulan sedang ingin mengingat senja lebih lama. Sebelum akhirnya sang rembulan tak mampu melakukan nya lagi.
Senja ku...
Langkahkan lah kakimu  hanya menuju dia yang bersedia setia berjalan bersamamu selama nya.
Kesetiaan adalah takdirmu jangan kau tenun dengan tinta-tinta kecurangan yang bila nanti kau kenang hanya akan merias fatamorgana.
Senja ku...
Cinta yang baik tak akan datang untuk membodohi mu, ia akan datang dan membuat mu semakin cerdas.

0 komentar:

Posting Komentar

 
©Suzanne Woolcott sw3740 Tema diseñado por: compartidisimo